Biji Kopi Dari Buah Sampai Siap Seduh dengan Hasil NIKMAT

Biji Kopi Dari Buah Sampai Siap Seduh dengan Hasil NIKMAT
Kita pengen ngopi yang Nikmat Banget dengan Biji Kopi Dari Buah Sampai Siap Seduh dengan Hasil NIKMAT  Tapi tak tahu bagaimana Kopi yang Nikmat diolah.

Yuk kita belajar bersama, apa yang harus kita ketahui dari buah kopi hingga ia siap diminum.

BIJI KOPI ITU DARI BUAH KOPI

Sedikit dari kita yang menyadari kalau biji kopi itu ternyata berasal dari buah kopi.

Lha iya, jika kita lihat ke pohonnya langsung, kita akan lihat rentengan buah. Buah kopi yang belum matang berwarna hijau. Yang sudah agak matang berwarna kuning. Yang matang, berwarna merah.

Nah, jika dimakan, kulit buah yang berwarna merah itu berasa manis. Ya, kopi itu buah. Rasa buah yang kita suka? Manis!

Buah inilah yang nanti diolah menjadi biji kopi.

Karena biji kopi dari buah, sudah menjadi kesepakatan umum bahwa yang matanglah yang paling bagus. Maka dari itu, biji kopi yang melalui proses petik merah selalu dihargai lebih mahal.

Ini karena proses dan waktu yang dibutuhkan untuk petik dan sortir menjadi lebih lama.

Dalam memetik kopi, biasanya para petani memilih antara dua jenis proses:

Petik asal: Biasanya dilakukan untuk kopi robusta dan pada saat musim panen raya. Ini karena volume buah kopi yang akan dipetik sangat besar: kira-kira 1 ton per hektar atau lebih! Akibatnya petani tidak punya waktu dan tenaga kerja yang cukup untuk melakukan pemetikan buah merah saja. Alhasil, semua dipetik pada satu waktu. Buah kopi yang hijau, kuning, merah pun bercampur baur.

Petik merah: Inilah standar untuk kopi yang bermutu. Buah merah, matang, manis akan berujung pada biji kopi yang bermutu tinggi pula. Tak jarang kopi pun berasa manis pula saat diseduh. Petik merah biasanya awam dikenal untuk kopi specialty. Untuk kopi arabika, petik merah ini sudah jadi norma. Lagi pula, rugi rasanya jika kopi arabika dipetik asalan. Harganya pasti jatuh. Untuk kopi robusta, belakangan ini mulai banyak yang mempraktikkan petik merah untuk menghasilkan fine robusta.

PASCA PANEN BIJI KOPI

Nah, setelah buah terkumpul, ia akan segera diolah. Biasanya petani bisa mengolah sendiri buah hingga menjadi biji. Namun tak sedikit yang “mengoper” buah ke pihak lain karena keterbatasan sumber daya, terutama tenaga kerja, alat dan waktu.

Dalam segi bisnis, pengolahan pascapanen biji kopi inilah yang melengketkan nilai tambah.

Bayangkan jika Anda seorang petani kopi arabika. Kalau menjual buah merah saja, laku sekira Rp 5.000 per kilogram. Jika panen Anda satu ton, maka Anda meraup Rp 5 juta sekali panen.

“Leh uga,” kata anak gaul sekarang.

Sekarang bayangkan jika Anda bisa mengolah hingga beras kopi. Sekilo bisa laku hingga Rp 50-140.000.

Tolong kalikan sendiri ya. Hehe.

Proses pascapanen hingga menghasilkan biji kopi hijau atau beras kopi atau green bean, biasanya harus melewati beberapa cara berikut. Penjelasan pengolahan akan saya persingkat biar nggak pusing hahaha:

Olah kering

Buah kopi setelah petik langsung dijemur. Setelah kering, buah ini dipecah hingga kita mendapatkan biji kopi. Jadi! Olah kering ini juga sering disebut dengan Bahasa Batak natural process.

Olah basah

Buah kopi setelah petik langsung dipecah dengan mesin pulper. Biji kopi yang masih diselimuti lendir akan melalui proses rendam dan fermentasi (ada yang 24 jam, ada yang 36 jam). Setelah itu, biji akan melalui proses penjemuran. Setelah kering, HS alias hard skin alias biji kopi dengan kulit tanduk akan digiling kering. Voila, jadilah beras kopi! Boso Jowone olah kopi sing iki: wet process.

Olah giling basah atau semibasah

Bahasa Minangnya semi-washed. Buah kopi setelah petik langsung dipecah dengan mesin pulper. Biji kopi yang masih diselimuti lendir dimasukkan karung sekitar sehari. Setelah itu kopi dicuci, lalu digiling untuk memisahkan biji kopi dan kulit tanduk. Lalu biji kopi dijemur. Alhamdulillah! Pengolahan inilah yang paling awam di Sumatera.

Sebenarnya ada lagi pengolahan biji kopi dengan olah madu, tapi untuk singkatnya kita lewati dulu. Fokus kita adalah kali ini adalah biji kopi!

SANGRAI BIJI KOPI

Nah, setelah biji kopi melewati proses olah di atas, dan kering dengan kadar air sekitar 11-12%, maka kopi tersebut siap untuk disangrai.

Kembali sedikit ke pengolahan: tentunya beda pengolahan, beda rasa.

Inilah keajaiban biji kopi! Keberagaman mulai dari buah hingga pascapanen akan menghasilkan rasa yang beraneka pula.

Hal ini menjelaskan kenapa terkadang kopi favorit Anda (misalnya dari Flores, Nusa Tenggara Timur) akan berubah-ubah rasanya. Mungkin pengolahan ada yang berbeda. Atau kurang kering sedikit. Atau fermentasinya 24 jam, bukan 36 jam.

Sudah mulai pusing? Yuk kita lanjutkan.

Sebelum bisa kita giling dan seduh, biji kopi harus disangrai.

Kenapa harus sangrai atau goreng? Karena kalau seduh beras kopi atau green bean tidak bisa. Ayoo.. bayangkan rasanya seduh green bean :p

Menyangrai kopi berarti mengubah fisik dan komposisi kimia biji kopi. Supaya apa? Supaya gampang digiling dan diseduh, supaya lebih mudah dilarutkan dengan air nantinya.

Nah, biasanya biji kopi akan digoreng/disangrai dalam beberapa level: ringan (light), medium, atau gelap (dark). Semakin gosong proses sangrai atau goreng, semakin gelap pula si biji kopi. Nah, beda level sangrai juga akan membuat seduhan kopi kita berbeda rasa pula.

Analogi yang sering dipakai biasanya adalah makan steak daging. Jika dipanggang sebentar (medium raw), daging akan lebih berasa juicy serta menyimpan rasa asli, sementara jika dipanggang lebih lama akan gosong. Rasa arang.

SETELAH SANGRAI

Menikmati kopi adalah seperti menikmati pangan pada umumnya. Kita ingin pangan kita segar. Nah, proses setelah sangrai (roasting) inilah yang biasanya langsung sampai ke konsumen. Baik berupa biji, bubuk, maupun seduhan.

Perhatikan saja kapan kopi Anda disangrai. Jika sudah tak segar lagi (kira-kira sebulan lebih), ya pasti sudah kurang enak. Jika kopi langganan Anda tak punya tanggal sangrai, baiknya tinggalkan saja. Sudah banyak lapak kopi yang menyertakan “sertifikat kesegaran” alias waktu si biji kopi digongseng.

Itulah kenapa kopi yang sudah lama, kopi bubuk, kopi instan, harganya lebih murah dari kopi yang segar.

(Dengan pengecualian pada Starbucks: kopi lama, gosong, tapi masih relatif mahal! Hahaha).

Setelah sangrai, tentunya biji kopi harus digiling untuk segera kita seduh.

Biji kopi yang sudah digiling prinsipnya akan dipecah kecil-kecil. Akibatnya, aroma dan rasa ikut larung bersama udara.

Inilah kenapa kopi yang sudah lama digiling, dibubuk sudah kurang segar: maka dari itu harganya lebih murah.

Setelah giling, kopi sangrai harus segera kita seduh dan minum. Inilah prinsip kopi yang enak dan segar.

Untuk itu, logikanya kita harus punya alat penggiling sendiri.

Itu dulu. Karena untuk punya ladang kopi, pengolahan, serta mesin sangrai sendiri pastilah sulit sekali. Situ orang kaya? ........

KESIMPULAN

Biji Kopi Dari Buah, ternyata kopi yang kita minum melewati proses yang cukup panjang. Kita, konsumen, harus lebih pintar untuk memilih kopi yang akan diminum. Mulai dari harga, proses, hingga kualitas.

Tutur perjalanan biji kopi juga tak linear hanya untuk seduhan kopi. Jika kita buka pelan-pelan, ia juga akan mengungkap kehidupan petani kopi, tengkulak, bahkan hingga cerita pelestarian alam.

Jika Anda membaca hingga akhir tulisan ini, harapan saya cuma satu.

Semoga kita tak hanya menikmati kopi. Tapi juga mau semakin mengerti dan semakin pintar tentang seluk-beluk kopi! Mari belajar bersama dan tinggalkan pesan Anda di bawah.

#bijikopi #kopienak #kopiuenak #kopinikmat #kopilampung #kopijoss #kopihijau #kopimerah  

Post a Comment

Silahkan Komentar yang bersifat Membangun untuk Para Pecinta Kopi di manapun Berada. Sudahkah Minum Kopi Hari Ini ?...

أحدث أقدم